.
Sungguhpun begitu, beberapa buah cerpen dan sajak saya yang pernah dan belum pernah tersiar, telah dikumpulkan dalam antologi bersama, sama ada secara stensilan oleh persatuan penulis, atau yang dicetak oleh penerbitan tertentu.
.
- "Aku Mencatat Tetapi Banyak Kurangnya"
2. Saadong II (Kota Bharu: Persatuan Penulis Kelantan, 1983) - Stensilan
- "Seperti Bandar Ini"
- "Silakan"
- "Antara Dosamu dan Salahku"
- "Kebebasan"
5. Irama (Kota Bharu: Rumpun Seni Melayu Kelantan, 1984) - Stensilan
- "Sajak"
6. Kakak Mengarang Bunga (Kuala Lumpur: Teks Publishing, 1986) - Cetakan penerbit
- "Si Didik"
- "Lagu Tiga Kupang"
- "Pagi"
- "Selamat Pagi"
- "Baca Buku"
- "Maafkan Saya"
- "Apakah Tandanya?"
- "Sakit Kaki"
- "Mari Berpantun"
- "Siapa?"
- "Hallo"
8. Sesekali Musim Berlalu (Tanjung Malim: Institut Perguruan Sultan Idris, 1988) - Stensilan
- "Tingkap Kaca"
9. Antologi Harapan II (Maran: Jawatankuasa Peraduan Menulis Puisi Hari Guru Daerah Maran, 1990) - Stensilan
- "Siapakah Kita?"
- "Sajak Guru Dalam Aku"
- "Maaf"
- "Tidak Mengapa"
10. Pohon Barakah (Kota Bharu: Jabatan Hal Ehwal Agama Islam Kelantan, 1991) - Cetakan penerbit
- "Masuk ke Daerah-Mu"
- "Bahawa Ia Tetap Datang"
- "Menempah Hidup Jernih"
11. Taman Bahasa Ibunda (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1993) - Cetakan penerbit
- "Mengarah Waktu"
- "Percakapan Bulan Ketika Melintas Kota"
- "Tertuduh"
- "Suzati (2)"
- "Jerjak Yang Terbuka"
12. Cetera 94 (Kuala Lumpur: Kelab Sastera DBP, 1994) - Cetakan penerbit
- "Mengarah Waktu"
- "Kata-kata"
- "Catatan Pertama di Jengka 10"
- "Pulang Sesekali (2)"
- "Suzati (2)"
- "Keberangkatan 1"
- "Aku Ah Seng"
- "Temangan Lama dari Luar"
- "Sekolah Kebangsaan Temangan, Sekolah Menengah Kampung Pek, Sekolah Menengah Hamzah"
Sebagai catatan, saya pernah mengemukakan manuskrip antologi puisi, Mengarah Waktu, kepada Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP) melalui Program Penulis Muda. Surat tanda terima manuskrip itu dihantar kepada saya oleh DBP. Pada tahun 1997 atau awal 1998, seorang rakan saya menyatakan bahawa manuskrip saya dinilai oleh Dharmawijaya, yang ketika itu menjadi pensyarah di Universiti Putra Malaysia (UPM). Menurut rakan saya itu lagi, Dharmawijaya memberitahunya bahawa manuskrip itu diperakukan, dan telah diserahkan kepada DBP untuk urusan penerbitannya. Namun, hingga kini saya belum mendapat apa-apa khabar tentang manuskrip itu. Barangkali sudah berkubur tanpa nisan.
.
1. Alangkah Indah Namamu (Petaling Jaya: Oscar Book International, 1990) - Cetakan penerbit
- "Kambing"
2. Panas Tidak Sepanjang Hari (Petaling Jaya: Oscar Book International, 1990) - Cetakan penerbit
3. Terbang Bersama Kawan (Petaling Jaya: Oscar Book International, 1990) - Cetakan penerbit
4. Tikus Revolusi (Kuala Lumpur: Utusan Publication & Distributors Sdn. Bhd, 1990) - Cetakan penerbit
- "Diiringi Tepukan"
5. Rakam (Johor Bahru: Badan Cemerlang Sdn. Bhd., 1997) - Cetakan penerbit
- "Masa Berganti Lagi"
- "Bicara Tentang Ingatan"
.
Saya pernah mengemukakan 24 buah cerpen kanak-kanak untuk dua buah antologi kepada seorang yang berjanji akan menyerahkannya kepada penerbit. Orang itu, seorang daripada Ahli Kelab Sains (AKS) ruangan Taman Sains, Utusan Pelajar pimpinan Pak Matlob, mengirimi saya surat dengan alamatnya di Selangor. Beberapa ketika selepas cerpen-cerpen itu dikirim kepadanya melalui pos, sebuah daripadanya disiarkan dalam Utusan Pelajar, dengan nama penulisnya, orang yang berjanji itu. Tahulah saya bahawa saya sudah diperdayakan. Saya mengirim surat kepada editor akhbar itu, Munir Ghazali, bahawa karya itu hasil tulisan saya dan menceritakan hal yang terjadi. Saya tidak ingat tindak balas Munir Ghazali, tetapi ternyata, saya tidak tahu nasib 23 cerpen saya yang lain. Setelah saya bertugas di Terengganu, saya bertemu dengan orang itu, yang menjadi guru di Hulu Terengganu. Walau bagaimanapun, saya tidak pernah mengungkitkan hal itu. Biarlah!
.
Kesemua antologi cerpen kanak-kanak di atas diselenggarakan oleh Ghazali Ngah Azia, juga penulis dari Terenggganu, kecuali yang kelima diterbitkan atas daya usaha Pak Matlob. Ghazali mengirimi saya surat memohon saya mengemukakan cerpen, sama ada yang tersiar atau belum. Saya tidak memberi tindak balas kerana bimbang pisang berbuah dua kali. Namun, tidak lama kemudian, Ghazali Ngah Azia mengirimi saya surat memohon kebenaran saya untuk menerbitkan cerpen-cerpen saya yang telah tersiar, dengan urusan memohon kebenaran daripada penerbit asal diurusnya sendiri. Saya akhirnya menandatangani surat kebenaran itu. Terima kasih, Ghazali Ngah.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan